Ada saat dimana kita pasti akan bertemu dengan sebuah ketidak adilan.
Tidak adil dalam versi kita.
Hal kecil saja misalkan, salary kita yang sudah bekerja sekian lama di sebuah perusahaan tak kunjung naiksementara karyawan baru mungkin mendapatkan yang lebih tinggi.
Atau misal dalam hal pekerjaan di rumah, sang istri bekerja dari pagi hingga malam tapi suami tak berinisiatif untuk membantu dengan alasan capek kerja di kantor.
Atau mungkin di sekolah, siswa A tanpa perlu giat belajar tapi bisa mendapatkan nilai yang bagus, sementara siswa B sudah belajar mati-matian pun tetap saja hasilnya tak sebaik yang diharapkan.
Ketidak adilan kecil ini tidaklah seberapa dengan peristiwa yang mungkin terjadi di luar sana.
Semisal perjuangan orang kulit hitam yang mengharapkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi.
Atau hak para minoritas yang tertindas padahal banyak lembaga yang berkoar-koar atas nama kemanusiaan tapi tak berdaya untuk ikut menyelesaikan masalah.

Inilah kita yang dilingkupi dengan ketidak adilan.
Lambat tapi pasti, akan ada waktunya kita merasa tidak seharusnya seperti ini.
Yang seharusnya adalah A atau B.
Yang andai kita jadi yang lebih berkuasa, maka adil versi kita adalah lebih baik.
Tapi siapakah kita hingga merasa menjadi hakim paling mulia?

Dan di sinilah aku pagi ini
Merasa berada dalam ketidak adilan yang mencederai rasa egoku
Dan diam menemukan bisikan kasihNya
"Anakku, semua itu adalah hak-Ku. Yang harus kau lakukan hanya lakukan semua sebaik mungkin. Biarkan Aku yang menilai"
Dan hening...

Ampuni aku Tuhan...